IZI

Indahnya Cinta Jiwa

Tidak ada yang lebih indah dalam sejarah perasaan manusia seperti saat-saat ketika ia sedang jatuh cinta. Bukan karena dunia disekeliling kita berubah pada kenyataannya. Tapi saat-saat jatuh cintalah yang seketika mengubah persepsi kita tentang dunia disekeliling kita. Tidak selalu karena wanita yang kita cintai itu memang cantik pada kenyataannya. Tapi cinta kita padanya yang membuat cantik di mata kita.
Saat jatuh cinta adalah saat di mana persepsi kita mengalamai shifting pada semua realitas yang ada di sekeliling kita. Kadang kita mungkin mengelabuhi diri sendiri. Tapi itu puncak subjektifitas yang justru mengubah kita menjadi lebih positif dalam kita memandang segala sesuatu.
Seperti indahnya subjektifitas pada dunia anak-anak. Bagi mereka realitas yang sesungguhnya adalah realitas yang mereka persepsikan. Bukan realitas yang ada di luar sana seperti yang dilihat oleh orang dewasa. Bangku bisa dipersepsi sebagai rumah. Tongkat bia dipersepsi sebagai senjata. Dunia menjadi sangat ringan dan fleksibel di mata mereka. Karena itu dunia anak selalu indah, selalu penuh kenangan.
Begitu juga saat kita jatuh cinta. Shifting pada persepsi kita membuat dunia kita serasa jadi realitas lain yang begitu indah. Dan itu membawa kenyamanan pada rongga dada kita. Karena perasaan kita seketika berbunga-bunga. Karena, kata Ibnu Hazem, ruh kita seketika jadi ringan dan lembut, badan kita seketika wangi, senyum kita seketika mengembang lebar, benci dan dendam dan angkara murka seketika lenyap dari ruang hati kita, dan tiba-tiba saja yang bukan penyair jadi penyair, yang tidak bisa bernyanyi menjadi penyanyi.
Suatu saat, seorang raja bingung menyaksikan putera mahkotanya begitu pemalas, apatis, tidak bergairah, tidak berminat pada ilmu pengetahuan, tidak bisa pidato. Ia gundah, karena putera mahkotanya sama sekali tidak layak jadi raja. Maka sang raja memerintahkan seorang dayang cantik istana untuk menggoda sang putera mahkota.
Bilang padanya, pesan sang raja pada dayang cantik itu, aku sangat mencintaimu dan bersedia jadi permaisurinya. Nanti kalau hatinya sudah berbunga-bunga, bilang lagi padanya-lanjut sang raja-tapi ada syaratnya, kamu harus bersemangat, lebih rajin dan mau menyiapkan diri jadi raja, dan aku percaya kamu bisa.
Firasat sang raja ternyata benar. Putera mahkota seketika berubah: ia mengubah penampilannya jadi keren dan wangi, ia mempelajari berbagai macam ilmu, ia juga tampil berpidato, ia juga menulis. Saat jatuh cinta telah mengubah persepsinya tentang dirinya dan dunianya, seketika membangkitkan semangat hidupnya, dan meledakkan semua potensinya.
Shifting pada persepsi mengembalikan sisi kekanakan kita saat kita jatuh cinta. Itu keindahan yang mempertemukan kita dengan sisi kemanusiaan kita; subjektif, melankolis, kekanakan, tapi positif. Dan indah.

Share this:

Post a Comment

 
Copyright © Warta Dakwah | Media Pencerah Umat. Designed by OddThemes