IZI

Cinta Adalah Sebuah Gagasan

Pada sebagian dari tabiatnya yang paling murni, cinta menyerupai air. Air adalah sumber kehidupan. Semua makhluk hidup tercipta dari air. Air mempunyai mata dan selalu bergerak dari hulu ke hilir. Ia mengalir tak henti-henti. Ia bergerak tak selesai-selesai. Setiap sungai dan kali mengalir dan bergerak pada jalur-jalurnya. Tapi mereka semua kemudian bertemu pada satu titik, pada sebuah muara besar. Mata air. Mengalir. Bergerak. Tak henti-henti. Tak lelah. Tak selesai-selesai. Menuju muara. Muara besar. Hamper tak terbatas. Jauh sejauh mata memandang. Jauh seperti memandang. Jauh seperti menyentuh kaki langit. Itu sebabnya bumi kita diisi lebih banyak oleh air. Karena Tuhan ingin menyemai kehidupan di sini.

Di antara mata air yang kecil kepada muara yang besar ada aliran. Ada gerak. Ada riak. Adagelombang. Ada gemuruh. Ada debur. Ada percikan. Ada gelora. Ada gairah. Ada dinamika. Selalu begitu. Senantiasa seperti begitu. Senantiasa seperti itu. Tak ada penghentian. Tak ada stagnasi. Tak ada diam. Ia membludak jika ditahan. Ia membuncah jika dibendung. Ia membanjir pada puncak dinamikanya. Tapi ia selalu membersihkan semua kotoran yang dilaluinya. Seperti hujan mengusir mendung yang mengotori biru langit.

Begitulah cinta. Ia adalah sebuah gagasan yang murni tentang kehidupan yang lapang. Mata airnya adalah niat baik dari hati yang murni. Muara adalah kehidupan yang lebih baik. Alirannya adalah gerakan amal dan kerja memberi yang tak henti-henti. Cinta adalah gagasan tentang penciptaan kehidupan setelah kehidupan tercipta. Maka kata Iqbal; “Engkau menciptakan hutan belantara. Dan Aku menciptakan taman.”

Begitu niat baik, dan ada muara kehidupan yang lapang yang hendak kita ciptakan, maka cinta ciptakan, maka cinta menjadi nyata saat ia mengalir. Saat ia bergerak. Aliran dan gerakan itulah yang melahirkan debur, gemuruh, riak dan ombak. Gairah dan dinamika yang membuatnya ada, nyata dan hidup.

Seperti air yang berhenti mengalir, kehidupan juga berhenti bergerak jika ia tidak mengarah pada sebuah muara besar. Air yang tergenang selalu mengalami pembusukan. Begitu juga ehidupan yang tidak bergerak kehilangan dinamika dan serta merta jadi rusak. Bukan. Bukan Cuma rusak. Tapi bahkan merusak lingkungan di sekitarnya.

Begitu juga cinta ketika ia hanya sebuah perasaan adalah bagian dari aliran. Bukan sebuah gagasan. Sebab perasaan adalah bagian dari aliran. Bukan bagian dari aliran. Bukan muara. Begitu juga cinta ketika ia hanya sebuah ruh. Bukan sebuah gagasan. Sebab ruh adalah mata air. Bukan muara. Begitu juga cinta ketika ia hanya sebuah raga. Bukan sebuah raga. Bukan sebuah gagasan. Sebab apalagi raga; ia hanya riak hanya gelombang hanya debur hanya gemuruh. Ia ada karena aliran. Ada gerakan. Perasaanlah yang memberinya rasa dan nuansa; keindahan. Tapi keindahan ini tak pernah berdiri sendiri.

Gagasan. Gagasanlah yang mengubah cinta menjadi sebuah keseluruhan, sesuatu yang utuh, semacam kumpulan kata-kata yang membentuk kalimat dan melahirkan makna. Yaitu gagasan tentang bagaimana menciptakan kehidupan yang lebih baik, tentang berapa besar energi yang kita perlukan untuk menyelesaikannya, tentang rincian tindakan yang harus dilakukan dari awal hingga akhir. Dalam gagasan itu jiwa, raga dan ruh menyatu; membuncahkan mata air kebajikan, mengaliri setiap sudut kehidupan menuju muara kebahagiaan yang lapang. Di sini, jiwa, raga, dan ruh menuaikan fungsi-fungsinya. Dan pada penuaian fungsi itu ada pesona yang memercikan keindahan.

Share this:

Post a Comment

 
Copyright © Warta Dakwah | Media Pencerah Umat. Designed by OddThemes