Wartadakwah.net - "Lalu Allah cabut kebaikan dari hati-hati mereka, dan akhirnya datanglah siksa dari Rabb semesta Alam."
Shahabat Ibnu ’Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menghadap ke arah kami dan bersabda:
“يَا مَعْشَرَ الْمُهَاجِرِينَ، خَمْسٌ إِذَا ابْتُلِيتُمْ بِهِنَّ، وَأَعُوذُ بِاللَّهِ أَنْ تُدْرِكُوهُنَّ:
لَمْ تَظْهَرْ الْفَاحِشَةُ فِي قَوْمٍ قَطُّ حَتَّى
يُعْلِنُوا بِهَا، إِلَّا فَشَا فِيهِمُ الطَّاعُونُ وَالْأَوْجَاعُ
الَّتِي لَمْ تَكُنْ مَضَتْ فِي أَسْلَافِهِمْ الَّذِينَ مَضَوْا. وَلَمْ
يَنْقُصُوا الْمِكْيَالَ وَالْمِيزَانَ، إِلَّا أُخِذُوا بِالسِّنِينَ
وَشِدَّةِ الْمَؤونَةِ وَجَوْرِ السُّلْطَانِ عَلَيْهِمْ.
وَلَمْ يَمْنَعُوا زَكَاةَ أَمْوَالِهِمْ، إِلَّا مُنِعُوا الْقَطْرَ مِنْ السَّمَاءِ، وَلَوْلَا الْبَهَائِمُ لَمْ يُمْطَرُوا.
وَلَمْ يَنْقُضُوا عَهْدَ اللَّهِ وَعَهْدَ
رَسُولِهِ، إِلَّا سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ غَيْرِهِمْ،
فَأَخَذُوا بَعْضَ مَا فِي أَيْدِيهِمْ.
وَمَا لَمْ تَحْكُمْ أَئِمَّتُهُمْ بِكِتَابِ اللَّهِ
وَيَتَخَيَّرُوا مِمَّا أَنْزَلَ اللَّهُ، إِلَّا جَعَلَ اللَّهُ
بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ”
”Wahai sekalian kaum Muhajirin, ada lima hal yang jika kalian
terjatuh ke dalamnya –dan aku berlindung kepada Allah supaya kalian
tidak menjumpainya- (1)Tidaklah nampak zina di suatu kaum, sehingga dilakukan secara terang-terangan kecuali akan tersebar di tengah-tengah mereka tha’un (wabah) dan penyakit-penyakit yang tidak pernah menjangkiti generasi sebelumnya,(2)Tidaklah
mereka mengurangi takaran dan timbangan kecuali akan ditimpa paceklik,
susahnya penghidupan dan kezaliman penguasa atas mereka. (3) Tidaklah
mereka menahan zakat (tidak membayarnya) kecuali hujan dari langit akan
ditahan dari mereka (hujan tidak turun), dan sekiranya bukan karena
hewan-hewan, niscaya manusia tidak akan diberi hujan. (4)Tidaklah
mereka melanggar perjanjian mereka dengan Allah dan Rasul-Nya, kecuali
Allah akan menjadikan musuh mereka (dari kalangan selain mereka; orang
kafir) berkuasa atas mereka, lalu musuh tersebut mengambil sebagian apa
yang mereka miliki(5) Dan selama pemimpin-pemimpin
mereka (kaum muslimin) tidak berhukum dengan Kitabullah (al-Qur’an) dan
mengambil yang terbaik dari apa-apa yang diturunkan oleh Allah (syariat
Islam), melainkan Allah akan menjadikan permusuhan di antara mereka.”
(HR. Ibnu Majah dan Al-Hakim dengan sanad shahih).”
Derajat Hadits
Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Majah (2/1332 no 4019), Abu Nu’aim
(8/333), al-Hakim (no. 8623) dan Dishahihkan oleh Syaikh al Albani dalam
ash-Shahihah no. 106)
Penjelasan Hadits
Hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang mulia ini disebutkan oleh al-Hafizh al-Munziri rahimahullah dalam kitabnya at-Targhib wa at-Tarhib dalam bab Peringatan dari Mengurangi Takaran dan Timbangan.
Sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam:
يَا مَعْشَرَ الْمُهَاجِرِينَ، خَمْسٌ إِذَا ابْتُلِيتُمْ بِهِنَّ، وَأَعُوذُ بِاللَّهِ أَنْ تُدْرِكُوهُنَّ
Maksudnya ada lima sifat atau perbuatan yang jika kalian terjatuh ke
dalamnya, niscaya akan datang azab dan siksaan dari sisi Allah di dunia
disebabkan kelima perbuatan tersebut. Kelima hal ini wajib bagi setiap
orang untuk menjauhinya. Dan wajib bagi mereka untuk mencermati dan
merenungi hadits ini dan hadits-hadits yang lain dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
supaya mereka mengetahui penyakit-penyakit yang ada di ummat ini,
supaya mereka tahu kenapa kaum Muslimin sekarang terhina di hadapan
orang kafir, kenapa orang kafir bisa menghinakan kaum Muslimin di
berbagai tempat?
Maka sebenarnya kesalahannya ada pada diri diri kita sendiri, diri kaum Muslimin sendiri, perhatikan firman Allah Subhanahu wa Ta’alaini:
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُوا عَنْ كَثِيرٍ [الشورى:30].
”Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan
oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar
(dari kesalahan-kesalahanmu).”(QS. Asy-Syuraa: 30)
Jadi karena perbuatan yang dilakukan oleh kedua tangan manusia, Allah Subhanahu wa Ta’ala menimpakan musibah kepada mereka, baik yang dirasakan di dunia maupun di akhirat.
Zina Tersebar dan Dilakukan Secara Terang-Terangan
Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:
(لَمْ تَظْهَرْ الْفَاحِشَةُ فِي
قَوْمٍ قَطُّ حَتَّى يُعْلِنُوا بِهَا، إِلَّا فَشَا فِيهِمُ الطَّاعُونُ
وَالْأَوْجَاعُ الَّتِي لَمْ تَكُنْ مَضَتْ فِي أَسْلَافِهِمْ الَّذِينَ
مَضَوْا)
”Tidaklah nampak zina di suatu kaum, sehingga dilakukan secara terang-terangan kecuali akan tersebar di tengah-tengah merekatha’un (wabah) dan penyakit-penyakit yang tidak pernah menjangkiti generasi sebelumnya.”
Bencana dan musibah ini menimpa manusia, maka jika mereka melakukan
kemaksiatan ini maka akan datang musibah yang lain di belakang itu,
yaitu musibah-musibah dan penyakit. Musibah ini adalah perbuatan keji
(yaitu zina), apabila ia telah nampak di tengah-tengah manusia dan
tersebar, maka mereka pantas mendapatkan wabah penyakit yang belum
pernah terbesit dalam pikiran mereka dan sama sekali belum pernah mereka
lihat sebelumnya.
Maka mereka tidak malu lagi untuk berbuat kemaksiatan, mereka tidak
peduli kalau aktivitas haram mereka dilihat orang, dan bahkan sebagian
mereka bangga kalau telah melakukan hal tersebut. Kita lihat seorang
laki-laki berjalan bersama wanita yang bukan mahramnya, di jalan-jalan,
di pantai, mal-mal dan lain-lain. Mereka melakukan apa saja yang mereka
suka dari berbagai macam perbuatan maksiat tanpa ada rasa bersalah, dan
tidak ada satu pun yang mengingkari dan mencegah perbuatan mereka.
Bahkan yang sangat disayangkan pemerintah di sebagian negeri-negeri
Islam mendorong dan membuat undang-undang yang membolehkan zina.
Mereka melarang para pemuda untuk menikah dini, mereka memberikan
persepsi yang buruk bagi pernikahan dini. Seolah-olah masalah rumah
tangga yang ada adalah disebabkan oleh nikah dini, padahal kalau kita
lihat orang-orang yang nikah di usia “matang” pun banyak yang mengalami
permasalahan rumah tangga. Mereka lebih menganjurkan pacaran walaupun
dalam waktu yang lama dari pada menikah. Padahal hal itu adalah salah
satu sarana menuju perzinaan, dan juga penyebab tersebarnya penyakit
kelamin yang menular. Dan penyakit-penyakit tersebut adalah bentukl
teguran Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada manusia agar mereka mengambil pelajaran.
Dan hendaknya kita pun ikut andil dalam mencegah dan menanggulangi
tersebarnya perzinaan dan sarana-sarananya, karena musibah-musibah yang
ditimbulkan dari perbuatan zina juga bisa menimpa orang yang tidak
melakukannya. AllahSubhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَاتَّقُوا فِتْنَةً لا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً [الأنفال:25]
”Dan takutlah kalilan pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zhalim saja diantara kalian.”(QS. Al-Anfaal: 25)
Maka musibah tidak hanya menimpa pelaku-pelaku zina itu saja, namun
ia akan menimpa semuanya, baik pelaku maupun bukan. Wallahu Musta’an.
Mengurangi Takaran dan Timbangan
Sabda beliau shallallohu ‘alaihi wasallam:
(وَلَمْ يَنْقُصُوا الْمِكْيَالَ
وَالْمِيزَانَ، إِلَّا أُخِذُوا بِالسِّنِينَ وَشِدَّةِ الْمَؤونَةِ
وَجَوْرِ السُّلْطَانِ عَلَيْهِمْ.)
”Tidaklah mereka mengurangi takaran dan timbangan kecuali akan
ditimpa paceklik, susahnya penghidupan dan kezaliman penguasa atas
mereka.
Maksudnya adalah mereka ditimpa kekeringan dan paceklik, yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala menahan
hujan dari mereka (Dia tidak menurunkan hujan untuk mereka), dan jika
bumi menumbuhkan tumbuh-tumbuhan maka Allah akan mengirimkan musibah
kepada mereka berupa serangga, ulat dan hama penyakit lain yang merusak
tanaman. Dan jika tanaman itu berbuah maka buahnya tidak ada rasa manis
dan segar. Betapa banyak petani yang melakukan kecurangan mendapati
buah-buahannya tidak memiliki rasa.
Dan disebutkan di dalamnya hadits dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata:
لَمَّا قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى الله عَليْهِ
وسَلَّمَ الْمَدِينَةَ كَانُوا مِنْ أَخْبَثِ النَّاسِ كَيْلاً ،
فَأَنْزَلَ اللَّهُ سُبْحَانَهُ : {وَيْلٌ لِلْمُطَفِّفِينَ} فَأَحْسَنُوا الْكَيْلَ بَعْدَ ذَلِكَ
”Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam datang ke Madinah, mereka (penduduk Madinah) adalah termasuk orang yang paling curang dalam takaran.”
Maksudnya, penduduk Madinah dan kaum Anshar radhiyallahu ‘anhum sebelum datangnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ke
Madinah, dahulu mereka sudah terbiasa dengan bertansaksi dalam jual
beli. Dan mereka adalah manusia yang paling curang dalam takaran, atau
termasuk di antara manusia yang paling curang dalam takaran. Yakni,
mereka curang dalam masalah takaran dan timbangan, dan mereka
menguranginya dalam masalah itu. Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tiba di Madinah, Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan beberapa ayat al-Qur’an. Dan di antara ayat yang turun adalah firman AllahSubhanahu wa Ta’ala:
وَيْلُُ لِلْمُطَفِّفِينَ {1} الَّذِينَ إِذَا
اكْتَالُوا عَلَى النَّاسِ يَسْتَوْفُونَ {2} وَإِذَا كَالُوهُمْ أَو
وَّزَنُوهُمْ يُخْسِرُونَ {3}
”Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu)
orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta
dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain,
mereka mengurangi.” (QS. Al-Muthaffifin: 1-3)
Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun membacakannya di
hadapan mereka. Maka setelah itu mereka (penduduk Madinah dan kaum
Anshar) menjadi orang yang paling baik/bagus dalam masalah timbangan dan
takaran. Ini adalah makna hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah,
Ibnu Hibban dalam Shahihnya, dan al-Baihaqi rahimahumullah dalam Syu’abul Iman dan yang lainnya. Dan hadits ini dinyatakan hasan oleh Syaikh al-Albanirahimahullah)
Jadi karena kecurangan mereka terhadap sesamanya, maka Allah
menghukum mereka dengan adanya kekeringan dan paceklik, kehidupan yang
susah, kebutuhan yang semakin bertambah, harga barang-barang yang
semakin naik dan ditambah lagi dengan kezahaliman penguasa terhadap
mereka. Oleh sebab itu kalau kita ingin lepas dari berbagai macam
musibah di atas maka kuncinya adalah kejujuran ketika menakar dan
menimbang dan berlaku adil dalam berjual beli.
Enggan Membayar Zakat
Sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam
وَلَمْ يَمْنَعُوا زَكَاةَ أَمْوَالِهِمْ إِلَّا مُنِعُوا الْقَطْرَ مِنْ السَّمَاءِ وَلَوْلَا الْبَهَائِمُ لَمْ يُمْطَرُوا
”Tidaklah mereka menahan zakat (tidak membayarnya) kecuali hujan dari
langit akan ditahan dari mereka (hujan tidak turun), dan sekiranya
bukan karena hewan-hewan, niscaya manusia tidak akan diberi hujan.”
Jika manusia menahan zakat mereka, tidak mau menunaikannya, dan
membuat siasat (tipu muslihat) supaya bisa lepas dari kewajiban zakat,
maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menahan dan tidak
menurunkan hujan kepada mereka. Seandainya tidak karena keberadaan
binatang-binatang niscya Allah tidak akan menurunkan hujan kepada
manusia, karena manusia tidak berhak mendapatkan hujan tersebut. Ini
tentunya sesuai dengan sebuah kaidah bahwasanya balasan itu sesuai
dengan jenis perbuatannya.
Melanggar Perjanjian
وَلَمْ يَنْقُضُوا عَهْدَ اللَّهِ وَعَهْدَ رَسُولِهِ
إِلَّا سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ غَيْرِهِمْ فَأَخَذُوا
بَعْضَ مَا فِي أَيْدِيهِمْ
” Tidaklah mereka melanggar perjanjian mereka dengan Allah dan
Rasul-Nya, kecuali Allah akan menjadikan musuh mereka (dari kalangan
selain mereka; orang kafir) berkuasa atas mereka, lalu musuh tersebut
mengambil sebagian apa yang mereka miliki.”
Akibat Berhukum Dengan Selain Al-Qur’an dan As-Sunnah
Sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam
وَمَا لَمْ تَحْكُمْ أَئِمَّتُهُمْ بِكِتَابِ اللَّهِ
وَيَتَخَيَّرُوا مِمَّا أَنْزَلَ اللَّهُ إِلَّا جَعَلَ اللَّهُ
بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ
”Dan selama pemimpin-pemimpin mereka (kaum muslimin) tidak berhukum
dengan Kitabullah (al-Qur’an) dan mengambil yang terbaik dari apa-apa
yang diturunkan oleh Allah (syariat Islam), melainkan Allah akan
menjadikan permusuhan di antara mereka.”
Maksudnya, jika mereka tidak berhukum dengan hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mengambil kebaikan dari Kitab Allah dan Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam maka
Allah akan menjadikan permusuhan di antara mereka. Maka jikalau mereka
meninggalkan al-Qur’an dan as-Sunnah, sehingga mereka berhukum dengan
selain yang diturunkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka
Allah akan menjadikan sebagian mereka musuh bagi sebagian yang lain,
karena urusan mereka semata-mata hanyalah seputar dunia. Lalu Allah
cabut kebaikan dari hati-hati mereka, dan akhirnya datanglah siksa dari
Rabb semesta Alam.
(Sumber: disadur dan diterjemahkan dengan tambahan dari makalah dengan judul شرح الترغيب والترهيب – الترهيب من بخس الكيل والميزان di
http://audio.islamweb.net/audio/index.php?page=FullContent&audioid=184713#top.
Diposting oleh Abu Yusuf Sujono) Jumat, 30 September 11
(http://www.alsofwah.or.id/cetakhadits.php?id=278 / nahimunkar.com)
Post a Comment