IZI

M Fauzil Adhim

Saya mengenal tulisan-tulisan beliau yang bernada provokasi untuk menikah muda. Beberapa kali diundang oleh LDK Kampus dalam bedah buku maupun pernikahan Islami. Walaupun saya pikir tulisan beliau di luar penalaran saya mengenai indahnya pernikahan dini di masa kuliah, namun saya setuju dengan apa yang ditulisnya dalam beberapa bukunya. 


Bahasanya yang ringan tidak membuat saya harus membaca berulang-ulang sehingga mudah diingat dalam mengaplikasikannya. Quote yang beliau buat dalam buku-bukunya tepat dengan sub-bab yang beliau baca, yang membuat pembaca dimudahkan dalam mencari poin-poin penting dalam buku tersebut.
Ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadist-hadist yang terkesan berat untuk dipahami, melalui buku-buku yang beliau tulis terasanya mudah karena pengalaman beliau dalam kehidupan sehari-hari serta konsultan dalam hal pernikahan dan ilmu tentang keorangtua-an.

Berawal dari diri sendiri. Dari dua tema besar yang beliau angkat dalam buku-bukunya banyak menggambarkan kehidupan beliau, dari mulai melamar calon istrinya sampai dengan mendidik putra-putrinya.
Beliau juga dibentuk oleh seorang Bunda luar biasa dalam memanjakan dirinya bacaan bergizi, Aminatuz Zuhriyah, semoga  Alloh merahmati bunda dan putra tersebut, yang menularkan kebiasaannya kepada keluarganya kemudian pada para pembacanya.


Pengaplikasian teori yang beliau anut dalam   hidupnyalah buku-buku yang ditulisnya terasa begitu hidup, karena dicontohkan dari penggalan pengalaman hidupnya yang bergitu banyak bisa diambil hikmah.
Cita-cita beliau dalam melahirkan generasi ulul albab, generasi pilihan yang cemerlang hidupnya, tajam pikirannya, jernih hatinya, kukuh jiwanya, serta kuat imannya, merupakan cita-cita saya juga dalam mendidik generasi Rabbani. Dan saya mengaminkan semua do’a beliau. Semoga yang dicita-citakan bisa terbentuk dengan feedback yang positif dari buku-buku yang beliau tulis. 

Banyak quote yang saya suka dari buku-buku beliau, salahsatunya:

Ibarat makanan, kandungan gizi buku sangat memengaruhi cara berpikir, bersikap, dan bertindak seorang anak. Inilah yang sangat perlu kita perhatikan mengingat usia-usia mereka merupakan masa paling strategis untuk membangun fondasi kepribadian, termasuk di dalamnya fondasi pradigma berpikir, bersikap, dan bertindak. Pada masa-masa ini pula kepekaan emosi anak sangat efektif untuk diasah atau justru ditumpulkan.

Selain itu juga saya begitu mengagumi prinsip beliau untuk tidak mendidik keluarganya dengan televisi.  Tidak mudah untuk berprinsip seperti itu di zaman sekarang, dan luar biasanya beliau bisa membuktikan bahwa tanpa televisi anak-anaknya bisa dididik dengan luar biasa. Dan semoga untuk seterusnya juga.. Amiin….
 
Copyright © Warta Dakwah | Media Pencerah Umat. Designed by OddThemes